Floating Image
Floating Image
Jumat, 10 Oktober 2025

Revolusi Penghancur Istana: Tragedi Sosial di Balik Hancurnya Kesultanan Langkat


Oleh admintajam
09 Oktober 2025
tentang budaya
Revolusi Penghancur Istana: Tragedi Sosial di Balik Hancurnya Kesultanan Langkat - TajamNews

-

231 views



Langkat | Tajamnews.co.id — 
Di balik hamparan hijau Sumatera Timur, tersimpan kisah kejayaan Kesultanan Langkat, kerajaan Melayu yang pernah menjadi pusat peradaban dan kekuasaan di pesisir timur Pulau Sumatera. Namun, kemegahan itu kini nyaris terlupakan, tersapu oleh waktu, tragedi sejarah dan minimnya perhatian terhadap warisan budaya.

Jejak Kejayaan Kini Hanya Reruntuhan
  Kesultanan Langkat berdiri sekitar abad ke-16 dengan pusat pemerintahan di Tanjung Pura. Sultan-sultan Langkat, mulai dari Sultan Musa alMashur hingga Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah (1893–1927), membawa Langkat menjadi salah satu wilayah terkaya di Sumatera Timur. Kekayaan alam seperti karet, kelapa sawit dan tembakau menjadikan Langkat sebagai mitra penting Belanda dan kerajaan Melayu lainnya.

Istana megah di Tanjung Pura, yang memadukan arsitektur Melayu, Islam, Eropa dan Timur Tengah, dulunya menjadi pusat pemerintahan dan kegiatan budaya. Di dalamnya berlangsung musyawarah adat, penerimaan tamu kehormatan, serta pesta rakyat diiringi musik gambus dan tari zapin. Kini, bangunan itu hanya tersisa reruntuhan dan foto-foto hitam putih.

Tragedi Penghapus Kemegahan
  Kejayaan Langkat berakhir tragis pada 1946, saat Revolusi Sosial melanda Sumatera Timur. Banyak istana dan bangunan kerajaan dibakar massa, sementara para bangsawan menjadi sasaran kekerasan. Artefak dan dokumen kerajaan yang selamat kini tersebar di museum dan koleksi pribadi, menjadi saksi bisu sejarah yang nyaris punah.

Upaya Menghidupkan Kembali Memori Melayu Langkat
  Pemerhati budaya menilai, kesadaran akan sejarah Langkat masih minim. Tokoh adat Tanjung Pura, Ahmadi, menekankan pentingnya melestarikan warisan Kesultanan Langkat sebagai identitas budaya dan kebanggaan orang Melayu. “Sejarah Langkat bukan sekadar kisah kerajaan, tapi jati diri kita. Menghidupkan kembali nilai-nilainya berarti menjaga akar budaya kita,” ujarnya, Rabu (8/10/2025).

Langkah pelestarian, menurut para ahli, bisa melalui pengembangan wisata sejarah, dokumentasi budaya dan edukasi generasi muda. Sebab, tanpa perhatian serius, warisan berharga ini berisiko lenyap dari ingatan warga.

Kesultanan Langkat bukan hanya simbol kemegahan masa lalu, tetapi juga cermin identitas Melayu harus dijaga. Investigasi ini mengingatkan bahwa sejarah terlupakan bukan sekadar cerita lama, ia adalah aset budaya yang menunggu generasi sekarang untuk kembali bersinar.

(Lentini Krisna Prananta Sembiring, SE)

Penulis

admintajam

Berita Lainnya dari budaya