Tangerang Selatan | Tajamnews.co.id —
Hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Tangerang Selatan pada Selasa (7/10/2025) sore, menyisakan pemandangan memilukan di lingkungan Yayasan Soebono Mantofani, Jombang, Ciputat. Fasilitas pendidikan yang selama ini menjadi tempat belajar ratusan siswa porak-poranda diterjang cuaca ekstrem.
Sebuah pohon jati berukuran besar tumbang, menimpa kanopi kantin sekolah. Sementara itu, plafon ruang kelas Madrasah Aliyah (MA) ambruk hingga membuat beberapa siswa harus dievakuasi ke ruang belajar lain. Tak hanya itu, atap gedung Madrasah Ibtidaiyah (MI) juga terhempas kuatnya angin, menambah panjang daftar kerusakan di kompleks pendidikan penaung TK, MI, MTs dan MA di bawah naungan Yayasan Soebono Mantofani.
Meski demikian, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Ahmad Badrun (48), pengurus yayasan bagian sarana dan pra sarana, memastikan seluruh siswa dalam keadaan selamat.
> “Enggak ada korban, enggak ada. Alhamdulillah sebagian dari kami emang lagi UTS, jadi pulang cepat,” ujar Badrun saat ditemui di lokasi.
Kegiatan Belajar Tetap Berjalan
Meski pun beberapa bangunan rusak, pihak sekolah berupaya agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan normal. Ruang di lantai dua dan sebagian ruang lantai satu masih bisa digunakan.
> “Masih masuk normal sih, lantai dua dan lantai satu masih bisa dipakai,” jelas Badrun.
Sementara itu, bagian kantin yang tertimpa pohon kini dibatasi dengan tali rafia hitam untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan. Tukang kebun bersama beberapa warga sekolah terlihat membersihkan batang pohon tumbang dan sisa reruntuhan plafon, sementara para guru dan siswa ikut kerja bakti membersihkan area terdampak.
Minim Antisipasi Bencana di Sekolah
Peristiwa ini menyoroti lemahnya antisipasi terhadap potensi bahaya cuaca ekstrem di lingkungan sekolah. Beberapa bangunan di Komplek Soebono Mantofani terlihat memiliki struktur atap mulai lapuk, dengan pohon-pohon besar tumbuh terlalu dekat dengan area aktivitas siswa.
Padahal, kawasan Tangerang Selatan kerap dilanda hujan lebat dan angin puting beliung musiman, seharusnya menjadi perhatian bagi pihak pengelola sekolah dan pemerintah daerah dalam melakukan perawatan rutin serta mitigasi bencana di area pendidikan.
Ahli lingkungan dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa sekolah-sekolah di wilayah padat penduduk seperti Ciputat harus memiliki rencana tanggap darurat dan audit keamanan bangunan.
> “Pohon besar boleh saja tetap ada untuk penghijauan, tapi perlu perawatan rutin. Banyak kasus pohon tumbang terjadi karena akar rapuh dan minim pemangkasan,” ujarnya.
Alarm bagi Infrastruktur Pendidikan di Tangerang Selatan
Kejadian ini menjadi alarm peringatan bagi pengelola pendidikan di Tangerang Selatan. Di tengah meningkatnya intensitas cuaca ekstrem, ketahanan infrastruktur sekolah harus menjadi prioritas, bukan sekadar perbaikan setelah bencana terjadi.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan diharapkan segera melakukan pendataan dan pengecekan struktur bangunan sekolah-sekolah di wilayah rawan, termasuk sistem drainase, kekuatan atap dan keberadaan pohon besar di sekitar area belajar.
Yayasan Soebono Mantofani sendiri kini tengah melakukan inventarisasi kerusakan dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk proses perbaikan.
> “Sudah kami panggil tukang pohon dan tukang bangunan untuk pengecekan. Kami juga sedang buat laporan untuk bantuan perbaikan,” tambah Badrun.
Peristiwa di Ciputat ini bukan hanya tentang pohon tumbang dan plafon roboh, tetapi juga cermin dari kurangnya kesiapan banyak sekolah menghadapi cuaca ekstrem kian sering terjadi akibat perubahan iklim.
(Lentini Krisna Prananta Sembiring, SE)